Powered By Blogger

Minggu, 08 Juli 2012

Penciptaan Ragam Baru

Penciptaan Ragam Hias Baru Berdasar Motif-Motif Tradisional Sumatera Utara

Penulis:
Dwi Budiwiwaramulja, Cs

Abstrak

Kurangnya kreativitas oleh generasi muda dalam mengembangkan warisan budaya menjadi alasan dasar bagi penulis untuk mengadakan penelitian penciptaan seni. Bagaimanakah hasil penciptaan karya ragam hias yang diangkat berdasar motif-motif di Sumatera Utara?

Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya yaitu kondisi ragam hias di Sumatera Utara dan potensi diri dalam menciptakan produk. Identifikasi dilakukan melalui data primair dan skundair. Berangkat dari data yang ditemukan, peneliti menerapkan “mindmap” dan “Scamper” sebagai metode atau konsep untuk menciptakan sketsa produk ragam hias alternatif. Dalam penciptaan ini tim menghasilkan sketsa desain hitam putih sejumlah 69 gambar, dan desain warna sebanyak 34 gambar.
Berdasar temuan yang diperoleh tim peneliti menyarankan agar peneliti dapat melanjutkan kegiatan pada tahap redesain, dan apresiasi serta evaluasi melalui pameran atau diskusi ilmiah. Pameran dan diskusi ilmiah dimaksudkan untuk menerima masukan dari masyarakat ilmiah.
Key word: Ragam hias, motif, penciptaan, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Sumatera Utara memiliki kekayaan ragam hias  yaitu ragam hias Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, Angkola, Pakpak, Melayu dan Nias. (Sirait, 1984, hal. 14). Ragam hias tersebut merupakan kekayaan budaya rupa yang tak ternilai harganya (Dasril, 2007).
Sangat disayangkan, bahwa sekarang telah terjadi penurunan kreativitas penciptaan motif atau ragam hias. Hal ini terbukti sejak 2006 siswa SMK di Sumatera Utara tidak mengikuti Lomba Kompetensi Sekolah bidang kerajinan ukir dan batik. Demikian pula yang terjadi pada mahasiswa dan seniman daerah ini, bahwa mereka sangat jarang melakukan pameran hiasan atau kerajinan. Di lain pihak, pameran industri kecil dan menengah yang selenggarakan oleh pemerintah daerah setiap tahunnya kurang menggembirakan. Sebagaimana temuan Sungkono bahwa “peran ragam hias sebagai sumber kreativitas perajin dalam menghasilkan produk yang bervariasi belum dilakukan secara optimal, hal ini terlihat dari produk yang dihasilkan terkesan sangat monoton baik dari bentuk, warna dan unsur dekorasi”. (Sungkowo, 2007) Pengalaman peneliti dan ahi gambar lainnya ketika bekerja pada salah satu pabrik tekstil di Surakarta (1988), ditugasi menjiplak karya dari industri lainnya oleh perusahaan. Cara ini tentu merugikan bagi industri itu dan bangsa sendiri.
Selaras dengan uraian di atas, maka dunia pendidikan perlu berupaya memberi kontribusi secara akademik untuk membantu melestarikan serta menciptakan desain baru sesuai kebutuhan industri kerajinan. Hal ini penting karena sektor ini merupakan salah satu yang termasuk dalam kategori industri kreatif dari 15 kategori. Kategori ekonomi kreatif tersebut adalah periklanan, arsitektur, kerajinan, desain, fashion, film dan video, musik, dan hiburan interaktif.
Penciptaan ornamen baru ini sangat penting untuk dilakukan mengingat sebagaimana dikatakan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (29/10/2007) bahwa industri kreatif baru menyumbang 5% ke PDB. Industri kreatif itu antara lain adalah yang bergerak di sektor seni, musik, fashion, periklanan, kuliner, dan kerajinan. (Widiyanti, 2008)
Singapura adalah pesaing bagi industri kreatif Indonesia, telah menargetkan peningkatan 5% dari 1,9 % pada tahun 2007 dan pada tahun 2012 menjadi 7%. Berdasar dari potensi yang dimiliki Indonesia baik ditinjau dari sisi sumber daya alam  maupun tenaga kerja, serta potensi budaya sudah semestinya industri kreatif kerajinan ini dapat ditingkatkan.

Batasan Masalah

Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hasil laporan penelitian yang penulis lakukan dengan fokus masalah :
1.     Bagaimana bentuk-bentuk ragam hias tradisional Sumatera Utara sehingga dapat dijadikan acuan untuk menciptakan ragam hias baru?
2.     Bagaimana potensi tim peneliti dalam menciptakan sketsa desain alternatif  ditinjau dalam kaitannya dengan rencana pemerolehan patent

Tujuan Dan Manfaat

Tujuan khusus dari kegiatan penelitian ini adalah  (2) memperoleh data visual dalam bentuk photo digital maupun cetak tentang ragam hias di Sumatera Utara. (2) Terciptanya desain ragam hias alternatif yang digali dari motif-motif tradisional di Sumatera Utara. Target penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa peserta kuliah sehingga menghasilkan 40 ragam hias baru yang dikemas dalam CD interaktif.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : (1) Desain ragam hias baru yang digali dari nilai-nilai luhur, atau motif-motif tradisional di Sumatera Utara dapat dimanfaatkan sebagai contoh pengembangan bagi mahasiswa atau masyarakat. (2) Menghasilkan minimal 20 sket atau desain pensil, tinta hitam, atau cat warna serta menggunakan alat bantu grafis komputer.

TINJAUAN PUSTAKA

Ragam Hias Tradisional, Perubahan dan Penciptaan Baru

Ragam hias tradisional dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai corak hias atau ornamen yang berakar dari budaya rupa Sumatera Utara. Beberapa laporan skripsi dan tesis di Indonesia menggunakan istilah “ornamen” sebagai “ragam hias” seperti: Arisayanti (2007) dan Dasril (2007).  Demikian pula yang digunakan tulisan Silalahi yang memunculkan pengertian  ornamen menjadi “Ragam Hias” (Silalahi, 1982, hal. 3).  
Istilah ornamen (Eng.= Ornament) digunakan oleh Meyer dalam “Handbook of Ornament”, diartikan secara khusus sebagai elemen hiasan (dekorasi) yang diadaptasi, dikembangkan dari tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya berkembang dengan karakter berbeda seperti geometrik dari bentuk organik (yaitu batang, daun, bunga) serta bentuk anorganik. (Meyer, 1957, hal. vii). Bentuk lain berikutnya adalah bentuk geometrikal dari objek tumbuhan, artifisial, binatang dan figur manusia dan campuran yang berbasis dari unsur garis. Prinsip penyusunan yang ditulis Meyer adalah : (a) Dekorasi yang dihasilkan dengan susunan dan penggabungan titik-titik dan garis, atau gabungan dan pembagian figur geometrik, disusun sedemikian rupa dengan hukum irama (rythem), keberaturan (regularity), symmetry dll. (b) Dekorasi yang dihasilkan dengan memunculkan (representasi) objek dari dunia luar, imitasi organik alam seperti bentuk tanaman, binatang dan manusia, bentuk kristalisasi, bentuk fenomena alam serta objek artificial. Bentuk ornamen di seluruh  wilayah  Nusantara berbeda-beda coraknya dari setiap daerah. Keberanekaan ini merupakan kekayaan budaya yang  dapat mendorong tumbuhnya usaha kerajinan rumah  tangga (home  industry) yang membawa ciri  kedaerahannya melalui seni ornamen atau ragam  hias, (Yudoseputro, 1983:17). 
Perbedaan itu dilihat dari beberapa alasan antara lain karena kepercayaan dan kegunaan yang berbeda. Laporan hasil penelitian Mesra, dijelaskan bahwa “Ornamen tradisional merupakan bentuk karya seni rupa yang sudah memiliki ketetapan bentuk, warna, dan di mana harus ditempatkan”. Namun demikian ketetapan yang demikian itu kini telah mengalami perubahan.  Dalam temuannya menjelaskan bahwa “ornamen tradisional sudah terjadi pergeseran makna, dari makna religius menjadi profan”. (Mesra, 2007:8). (Mesra, 2007)
Ragam hias di Sumatera Utara memiliki beragam jenis sesuai dari etnis yang mewarisinya seperti tujuh sub Etnis Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Angkola Mandailing,  Batak Pakpak Dairi, Melayu, dan Nias. Di Indonesia termasuk di Sumatera Utara, ragam hias diterapkan dalam seni kriya.
Perkembangan ragam hias dalam seni kriya ini pada berbagai media di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan karena proses akulturasi, adaptasi dan asimilasi. (Effendi, 2000:8). Hasil penelitian itu menggambarkan bahwa proses penciptaan karya seni dipengaruhi beberapa faktor antara lain adalah pengaruh budaya yang berkembang, sikap seniman dan masyarakat terhadap perubahan budaya karena terjadinya proses adaptasi dan asimilasi. Alkulturasi terjadi antara budaya lama dengan datangnya agama di Indonesia, adaptasi antara prinsip ragam hias tradisional dengan ragam hias nusantara dan terjadi asimilasi antara yang berciri etnik dengan  ragam hias Nusantara.
Pengembangan penciptaan ragam hias tradisional untuk menjadi sebuah bentuk atau variasi baru tidak banyak dilakukan oleh pengrajin atau seniman di Indonesia. Kesulitan yang mendasar pada industri kerajinan ini adalah lemah dalam mengembangkan desain baru. Penggiat kerajinan bunga anggrek Suliantoro di Yogya terhadap kerajinan gerabah di Yogyakarta menyarankan agar pengrajin harus mendapat perhatian cukup, produk kerajinan apa yang dapat dikembangkan sehingga mampu memenuhi kebutuhan lokal atau untuk eksport. (Sulaiman, 2004)
Munculnya motif atau ragam hias baru dari kalangan industri kecil sangatlah diperlukan. Lilik, ketua “Asosiasi Pengrajin Jawa Timur” menyatakan bahwa sebenarnya pengrajin bisa memasarkan produknya tidak hanya menjelang lebaran saja. Karena tergantung dari inovasi dan kreativitas pengrajin. Seperti rajin membuat desain terbaru sehingga pasarnya terus berkembang. (Luq., 2008). Kutipan ini membuktikan bahwa masyarakat membutuhkan bentuk baru atau desain baru.
Pengalaman penulis bersama ahli gambar lainnya di salah satu indutri tekstil (Batik) di Surakarta, oleh pengusaha kami hanya ditugasi menjiplak dari motif atau ragam hias yang laku di pasar. Cara instan seperti ini ternyata benar-benar dilakukan oleh sebagian pengusaha di Indonesia untuk memperoleh keuntungan yang cepat tanpa bekerja keras. Cara kerja dan sikap ini tentunya melanggar hak cipta menghambat adanya produk-produk baru. Seharusnya para ahli gambar atau desainer ditugasi diberi kepercayaan untuk berkreasi. Berdasar kenyataan ini maka menjadi penting bahwa penciptaan desain ragam hias baru sangat dibutuhkan oleh industri.
Secara akademik, penciptaan bentuk-bentuk baru tersebut dapat dikembangkan. Metode yang dapat digunakan untuk rekayasa kreatif ini adalah dengan menerapkan konsep “scamper” dan “mindmap”.  “Scamper” digunakan untuk mengembangkan kreativitas berfikir dalam menemukan suatu solusi, termasuk solusi menciptakan ide baru. Sedangkan metode “mindmap” dapat membantu menggambarkan solusi baru itu di atas kertas berupa peta konsep atau peta pikiran.

Modifikasi dalam Metode Scamper dan Penciptaan Ragam Hias

 “Skamper” sebagai metode (Scamper Method) ditulis oleh Michalko dalam bukunya versi terjemahan yang berjudul Permainan Berfikir (Thinkertoys) “Handbook” Para Pebisnis Kreatif (Michalko, SKAMPER, 2001: 97) dan sebagai “Scamper” dalam buku (Michalko, Scamper, 2003:198) oleh Gorden Dryden dan Jeannettte Vos adalah sederetan pertanyaan yang merangsang ide. Sebagian pertanyaannya pertama kali diusulkan oleh Osborn, perintis guru kreativitas. Pertanyaan itu kemudian disusun oleh Bob Eberle menjadi mnemonic ini: Substitute? Combine? Adapt? Modify atau Magnify? Put to other uses? Eliminate or reduce? Reverse?  Atau Rearrange?
Dalam suatu kasus seorang penulis (tanpa nama) memberikan penjelasan sebagai berikut:
Teknik “Scamper” dalam seni hias dapat dilakukan terhadap eksistensi atau karakter unsur rupa atau nilai estetika. Dalam hal ini, penggambar dapat melakukan perubahan karakter garis lebih tipis, tebal, panjang atau lebih pendek dengan cara substitusi, combine, adapt, dsb. Modifikasi kualitas warna (hue), dapat ia lakukan dengan reduce, combine atau kombinasi kesan terang atau gelap (brithness) dan lighness), tingkat kepekatan atau cerah suramnya warna (Saturation), tingkat ketajaman warna (contrast). Adapt dilakukan untuk menciptakan suatu kesan dinamis atau statis suasana lingkungan. Komposisi atau organisasi unsur rupa dapat dilakukan dengan konsep reverse atau rearrange. Pengolahan ragam hias tradisional, dengan menggunakan teknik “scamper” diharap dapat menemukan inovasi-inovasi baru dari sisi bentuk, nilai, fungsi atau gabungan dari ketiganya.

Mind Map® Bidang Seni Rupa

“Mind Map®”  merupakan temuan Tony Buzan berupa sistem pencatatan revololusioner pemetaan pikiran yang sangat membantu dalam setiap area kehidupan. Dalam hal ini  Sugiarto menjelaskan bahwa “Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”  (Iwan Sugiarto, 2004:75). Menurut Tony Buzan sendiri dalam bukunya “Buku Pintar Mind Map” menggunakan bahasa visual untuk menghasilkan ribuan ide yang mencengangkan, kita cukup perlu melihat buku catatan Leonardo da Vinci. “ Leodardo menggunakan gambar diagram simbol, diagram dan ilustrasi sebagai cara termurni untuk menangkap pikiran-pikiran yang bermunculan di otaknya dan mencurahkannya ke atas kertas( (Buzan, 2005)
Sementara itu, pengantar Legowo dalam pengantar bukunya “Free Mind, Mind Mapping Software” menjelaskan bahwa “Mind Map®”  adalah alat yang dinamis dan menggairahkan untuk membantu pemikiran dan perencanaan menjadi aktivitas yang lebih cepat (Legowo, 2009, hal. v)
Pada pengertian lain dijelaskan oleh Buzan bahwa “Mind Map®”  adalah cara yang paling mudah untuk memasuk informasi ke dalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfiki otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak (Buzan, 2004: 68).
Ditinjau dari manfaat mind map, buku “Buku Pintar Mind Map®”  yang ditulis oleh Tony Buzan dan yang dipromosikan dalam buku terjemahan oleh Susi Purwoko adalah untuk “memunculkan ide-ide cemerlang, menemukan jalan keluar yang cerdas untuk setiap masalah, menciptakan lebih banyak waktu untuk diri sendiri, menetapkan tujuan dan cara mencapainya, memotivasi diri dan orang lain, mengingat segala sesuatu yang diinginkan bila menginginkan. (Tony Buzan, 2005).
Peta pikiran dalam bidang seni merujuk pada peta konsep yang digambarkan oleh Jina Huh Yoo dalam website Peta Konsep Anak Bangsa bahwa seni berhubungan dengan pokok-pokok pikiran tentang estetika, kriteria-kriteria, komposisi, pengetahuan, proses penelitian desain, artefak, craft,  nilai pengalaman, pragmatik, kebutuhan masyarakat, lingkungan masyarakat, penalaran, trend, design dan sebagainya. Sedangkan peta konsep dalam bidang seni rupa, pokok-pokok pikiran yang berhubungan adalah ide, bahan, teknik proses dan metode pelaksanaan, serta unsur-unsur lain yang dapat dikembangkan. Penerapan konsep “mindmap” ini dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh unsur visual dan prinsip komposisinya untuk membangun ornamen baru.

Hasil Yang Sudah Dicapai

Hasil laporan penelitian yang pernah dicapai oleh penulis adalah penelitian ragam hias Melayu dan modifikasinya dalam kain tekstil. (Budiwiwaramulja, Penerapan OrnamenTradisional Melayu sebagai Motif dalam Desain "Cita", 1993). Data diambil dan dilakukan pengolahan berdasar gambar yang diperoleh dari laporan penelitian Baginda Sirait. (Sirait, 1984). Pengolahan gambar oleh peneliti dibuat berdasar prinsip-prinsip penciptaan ragam hias, seperti prinsip pengulangan sejajar, pengulangan berlawanan arah dan sebagainya. Berdasar hasil penelitian, peneliti perlu menindaklanjuti dalam penciptaan produk lain dan dengan pendekatan alternatif lain.
Penelitian berikutnya yang pernah dilakukan penulis adalah tentang komposisi ornamen tradisional Melayu. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa sebagian kecil ornamen Melayu menggunakan komposisi emas. Hasil penelitian perlu ditindaklanjuti karena data yang digunakan adalah data sekundair. Data akan baik jika pengukuran komposisi diambil berdasar data primair. (Budiwiwaramulja, Studi Komposisi Pada Ornamen Tradisional Melayu, 1999)
Hasil penelitian Mesra, (Mesra, 2007) tentang “Revitalisasi ornamen tradisional Sumatera utara alternatif penerapan ornamen  sebagai elemen interior pada  masa yang akan datang” menunjukkan bahwa nilai-nilai ornamen tradisional telah berubah menjadi nilai-nilai yang bersifat profan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini ornamen tradisional telah berubah nilai dan fungsionalnya. Berdasar penelitian ini, peneliti ingin menggali, mengembangkan lebih jauh dengan inovasi berdasar konsep “Scamper” sehingga dapat menghasilkan temuan yang lebih fungsional dan bernilai (seni dan ekonomi).
Beberapa informasi yang menyatakan bahwa telah terjadi kerusakan kawasan situ sejarah yang rusak, bahkan hilang, (Kompas, 2008) seperti dilangsir bahwa : “Sekitar 300 meter dari kira-kira 60 hektar luas area situs tersebut telah hancur dengan dibangunnya puluhan rumah oleh pihak developer yang jaraknya hanya kira-kira tinggal 30 meter dari jalur menurun menuju pancuran Putri Hijau,” kata arkeolog Inggris, Dr Mc Kinnon, di Medan, Minggu. (Surya Live, 2009).
Penelitian terakhir yang dilakukan tim peneliti menjelaskan bahwa penerapan ornamen tradisional etnis Batak yang dilakukan masih sangat terbatas, oleh karena penelitian ini menyarankan untuk dapat memilih ornamen yang pas dan pelaksanaannya pun tidak tergesa-gesa. (Misgiya, dkk, 2009:56).

METODE PENELITIAN

Berdasar dari karakter penelitian seni,  metode penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimentasi penciptaan. Penelitian ini mengacu pada konsep kreativitas, bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan karya baru (Sternberg, 1999, hal. 3). Oleh karenanya penelitian ini menerapkan dengan prosedur pengambilan data atau survey lapangan, analisis karakter, eksperimentasi produk alternatif. Produk yang diharapkan adalah ragam hias baru, yang mampu menginspirasi penciptaan bagi pengrajin atau seniman, sebagai materi mata kuliah Ragam Hias, referensi visual bagi desainer media cetak, tekstil, interior dan eksterior.
Lokasi penelitian yang digunakan yaitu: (1) Beberapa museum di wilayah Medan, Berastagi, Kabanjahe, Sidikalang, Kisaran, Dolok Sanggul yaitu tempat untuk mengambil data primair dan skundair. (2) Studio peneliti dan Studio Grafis atau ruang kuliah Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Ruang ini diguanakan melakukan eksperimentasi ornamen alternatif.

Prosedur Survei dan Eksperimentasi desain

Sesuai dengan urgensi penelitian dan tujuan yang ingin dicapai sehingga manfaatnya dapat diperoleh, maka untuk prosedur yang perlu dilakukan adalah : 1() Melakukan survei pada artefak-artefak sebagai data primair atau data cetak maupun non cetak sebagai data sekundair. (2) Melakukan penciptaan desain alternatif yang diharapkan menjadi ragam hias baru. Penciptaan ini dilakukan dengan menerapkan konsep kreativitas, anggota peneliti dan tenaga pendukung lainnya melakukan penciptaan eksplorasi estetis seluas-luas dengan menerapkan konsep mindmap  dan “Scamper”.
Berdasar konsep ini hasil kreativitas diharap akan mampu menghasilkan produk terbarukan dari sisi bentuk, nilai estetika, makna dan terapan fungsi baru. Beberapa alternatif hasil kreatif baru ini dapat diterapkan pada media yang membutuhkan unsur hias, seperti: media cetak, tekstil, interior dan eksterior.
Teknik penciptaan dilakukan secara manual menggunakan pena, poster warna atau juga menggunakan komputer. Eskperimentasi desain ini sebagai cara visual untuk menemukan berbagai alternatif baru ragam hias Sumatera Utara.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk menjaring data visual sesuai konsep yang berkenaan karakter ragam hias Sumatera Utara. Alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan data yang baik adalah kamera yang mampu menangkap detail ragam hias pada setiap artefak. Jenis kamera ini adalah jenis Single-lens reflex (SLR), dengan kamera ini memungkinkan peneliti dapat melihat dan memotret objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya melalui viewfinder.
Data visual yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan instrumen yang berkaitan dengan konsep identifikasi ragam hias. Identifikasi ini menggunakan tabel idenfikasi data visual seperti pada lampiran. Demikian pula gambar hasil penciptaan sketsa atau desain alternatif diidentifikasi dengan instrumen sesuai konsep identifikasi karya desain yang berkaitan dengan konsep penerapan SCAMPER, dan referensi atau acuan visual yang digunakan. Instrumen ini menggunakan tabel identifikasi karya ragam hias.

Kriteria dan Analisis Data Visual

Data visual di lapangan diambil berdasar kriteria antara lain: (1) Memiliki salah satu atau lebih karakter visual ragam hias di Sumatera Utara, seperti  ragam hias Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Angkola, Mandailing,  Batak Pakpak Dairi, Melayu, dan Nias. (2) Data visual dari ragam hias dapat dipotret (di-capture) sekurang-kurangnya satu karakter bentuk motif dasar dari ragam hias. (3) Karakter motif dari ragam hias dianalisis dan dibandingkan dengan referensi visual yang ada pada buku-buku yang telah ada atau data dari museum daerah dan museum provinsi Sumatera Utara.

NO.
Tahapan
Indikator
Hasil yang dicapai
1
Survei dan identifikasi data ragam hias tradisional primair dan skundair
100 Photo digital dan print out
Album gallery ragam hias tradisional berbasis web
100% dalam bentuk file yang dikemas dalam CD terlampir
3
Eksplorasi, diagnosa, tindakan pengolahan terhadap pertanyaan Scamper: Substitusi,  combine, adapt, modify, put to other, eliminate, reverse, atau rearrange?
Penerapan rancangan model
10 model desain ragam hias dan karya kerajinan alternatif sejumlah 10 desain
·     Koleksi museum photo model alat rumah tangga: 306 file
·     Koleksi museum photo pakaian adat di Sumatera Utara: 288 file
·     Koleksi museum photo perlengkapan nakan sirih:  2 file
·     Koleksi museum photo benda-benda prasejarah: 198 file
4
Pembuatan sketsa 20 alternatif gambar
20 gambar sketsa alternatif
69 gambar sketsa alternatif yang disajikan secara digital dengan teknik tampilan Photo Gallery. (lihat lampiran dan CD)


Photo yang diperoleh sebagian besar adalah ragam hias dari etnik Melayu, Batak Karo, Pakpak Dairi, Batak Simalungun. Keragaman  jenis ragam hias adalah ragam hias yang memiliki keragaman motif dengan tema tumbuhan, hewan manusia dan geometrik. Sedangkan karya yang diciptakan merupakan hasil pengolahan yang benar-benar berakar dari ragam hias daerah. Hal ini teridentifikasi melalui hasil tabulasi tentang “Data Identifikasi Sketsa Desain Alternatif”. Prinsip “scamper” yang sering digunakan adalah prinsip subtitusi (S), penggabungan (C), adaptasi (A), magnify (M), eliminasi (E) dan penyusunan kembali (R).
Peneliti menemukan 2 rumah adat yang memuat ragam hias di Desa Lingga yang telah roboh sejak satu tahun lalu (2010). Rumah adat roboh ini diperkirakan berusia ratusan tahun dan hingga sekarang (Oktober 2011) belum tampak ada usaha untuk memperbaikinya baik oleh keluarga, masyarakat atau pemerintah daerah.

Gambar 1: Kerusakan rumah adat ini di desa Lingga Kabanjahe ini sejak 2010

Gambar 1: Kerusakan rumah adat ini di desa Lingga Kabanjahe ini sejak 2010
Di lokasi lain yaitu di Dairi desa Sumbul, terdapat satu-satu rumah adat yang masih utuh. Ragam hias pada rumah adat ini sangat indah dan patut untuk dipelajari dan dikembangkan serta disosialisaikan kepada masyarakat.
Temuan karya dari kegiatan ini adalah 69 buah desain. Hasil penciptaan ini merupakan sketsa hitam putih sebagai desain alternatif ragam hias yang dilakukan seleksi ketat oleh kawan sejawat dan ahli. Sedangkan karya ragam hias yang diciptakan oleh mahasiswa terseleksi berjumlah 34 karya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasar pada tujuan dan urgensi penelitian ini dilakukan dan pada hasil serta temuan yang diperoleh, maka peneliti menyimpulkan : (1) Data visual telah diperoleh secara maksimal dan menapai target capaian yaitu 100 photo. Hasil gambar yang ditemukan dalam laporan ini disertakan pada halaman lampiran seluruhnya dan dibuat dengan baik dalam bentuk Digital Photo Gallery. (2) Desain alternatif hitam putih berjumlah 69 buah,  desain alternatif berwarna berjumlah 34 buah.

Saran

Berdasar dari temuan, serta pentingnya penelitian ini dilakukan. maka peneliti memberikan saran kepada peneliti lain atau pada generasi muda :
1.     Untuk melakukan penciptaan, pameran dan diskusi ilmiah tentang desain alternatif yang berakar dari budaya lokal oleh kalangan pebisnis atau akademisi.  
2.     Untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang potensi kreatif bagi genarasi muda melalui kompetisi penciptaan ragam hias.


BIBLIOGRAPHY


Arisayanti, L. (2007). Estetika dan Pergeseran Fungsi Ragam Hias Batik Jambi. Bandung.
Beta, A. I. (2010). Thesis (Undergraduate): “Revitalisasi Batik Semarang” . Bandung: ITB Bandung.
Budiwiwaramulja, D. (1993). Budiwiwaramulja, D. (1993). Laporan penelitian: Penerapan  OrnamenTradisional Melayu sebagai Motif dalam Desain "Cita". Medan: IKIP Medan. Medan: IKIP Medan.
Budiwiwaramulja, D. (1999). Laporan penelitian: Studi Komposisi Pada Ornamen Tradisional Melayu. Medan: Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Buzan, T. (2005). BUku Pintar Mind Map (1 ed.). (S. Purwoko, Trans.) Jakarta, DKI, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dasril. (2007). Kajian Bentuk dan Makna Ornamen pada atap Balai Adat di Pekanbaru. (Winda, Ed.). Bandung, Indonesia.
Davison, R. M. (2004). Principles of Canonical Action Research. Information Systems Journal , 14, 65–86.
Deprin. (2005, Nopember 18-19). Departemen Perdagangan dan Perindustrian. Retrieved September 8, 2006, from www.deprin.go.id: http://www.dprin.go.id/ASp/ruu/regulasi/jelas_ruu.pdf
Joedawinata, A. (1990). Sejarah dan Pendidikan Kriya di Indonesia. Seminar Kriya 1990 Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
Kompas. (2008, Agustus 12). Kompas ePaper. Retrieved Maret 12, 2009, from Kompas: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/12/00081165/benteng.putri.hijau.bisa.hilang
Legowo, B. T. (2009). Mind Mapping Software. (A. Hendyar, Ed.) Waru-Sidoarjo, Jawa Timur, Inonesia: Masmedia Buina Pustaka.
Live, Surya. (n.d.). Situs Benteng Putri Hijau rusak parah. Retrieved Maret 2, 2009, from Harian Surya: http://www.surya.co.id/2009/03/02/situs-benteng-putri-hijau-rusak-parah/
Luq. (2008, September 23). EKONOMI DAN BISNIS. Retrieved 1 3, 2009, from Jajar Online: http://www.fajar.co.id/index/files/index.php?act=news&id=52763
Meyer, F. S. (1957). Hand Book of Ornament. New York, N.Y. 10014, United States of America: Dover Publications, Inc.
Misgiya, & dkk. (2009, September). Laporan penelitian Hibah Penelitian Strategi Nasional: Penerapan Ornamen Batik untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara. Medan: Universitas Negeri Medan.
Nanoe. (2008, September). Opini Masyarakat . Retrieved Februari 28, 2009, from www.opinimasyarakat.com: http://www.opinimasyarakat.com/2008/09/14/motif-kerajinan-perak-bali-dipatenkan-orang-asing/
Novery, A. (2007). Suarakarya Online. Retrieved Maret 3, 2008, from Surakarta-Onlinedotcom: http://www.suarakarya-online.com/ news.html?id= 184799
Silalahi, T. (1982). Ornamen Tradisional, Sebuah Pengantar. Medan: FKSS IKIP.
Sirait, B. (1984). Design Ornament Tradisonal Daerah Sumatera Utara. Medan: Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Utara.
Sternberg, R. J. (1999). The Concept of Creativity: Prospects and Paradigsm. (T. I. R. J. Sternberg, Ed.) New York: Cambridge University Press.
Sulaiman, L. S. (2004, Juni 21). www.bantulbiz.com. Retrieved Januari 3, 2009, from Pemerintah Kabupaten Bantu: http://bantulbiz.com/id/berita_baca/idb-46.html
Sungkowo, B. (2007). Peran ragam hias tradisional melayu Riau pada Desain produk kerajinan kayu Di Pekanbaru. Bandung: FSRD ITB.
Unimed. (2009). Terobosan Unimed.
Widiyanti, A. (2008). Detik.financedotcom. Dipetik Maret 11, 2008, dari Detikdotcom:   http://www.detikfinance.com/
Zaenudin, L. (2007). Bisnisdotcom. Retrieved 2007

Budiwiwaramulja, D. (1993). Budiwiwaramulja, D. (1993). Laporan penelitian: Penerapan OrnamenTradisional Melayu sebagai Motif dalam Desain "Cita". Medan: IKIP Medan. Medan: IKIP Medan.
Budiwiwaramulja, D. (1999). Laporan penelitian: Studi Komposisi Pada Ornamen Tradisional Melayu. Medan: Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Buzan, T. (2005). BUku Pintar Mind Map (1 ed.). (S. Purwoko, Trans.) Jakarta, DKI, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dasril. (2007). Kajian Bentuk dan Makna Ornamen pada atap Balai Adat di Pekanbaru. (Winda, Ed.). Bandung, Indonesia.
Kompas. (2008, Agustus 12). Kompas ePaper. Retrieved Maret 12, 2009, from Kompas: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/12/00081165/benteng.putri.hijau.bisa.hilang
Legowo, B. T. (2009). Mind Mapping Software. (A. Hendyar, Ed.) Waru-Sidoarjo, Jawa Timur, Inonesia: Masmedia Buina Pustaka.
Live, Surya. (n.d.). Situs Benteng Putri Hijau rusak parah. Retrieved Maret 2, 2009, from Harian Surya: http://www.surya.co.id/2009/03/02/situs-benteng-putri-hijau-rusak-parah/
Luq. (2008, September 23). EKONOMI DAN BISNIS. Retrieved 1 3, 2009, from Jajar Online: http://www.fajar.co.id/index/files/index.php?act=news&id=52763
Meyer, F. S. (1957). Hand Book of Ornament. New York, N.Y. 10014, United States of America: Dover Publications, Inc.
Misgiya, & dkk. (2009, September). Laporan penelitian Hibah Penelitian Strategi Nasional: Penerapan Ornamen Batik untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara. Medan: Universitas Negeri Medan.
Nanoe. (2008, September). Opini Masyarakat . Retrieved Februari 28, 2009, from www.opinimasyarakat.com: http://www.opinimasyarakat.com/2008/09/14/motif-kerajinan-perak-bali-dipatenkan-orang-asing/
Novery, A. (2007). Suarakarya Online. Retrieved Maret 3, 2008, from Surakarta-Onlinedotcom: http://www.suarakarya-online.com/ news.html?id= 184799
Silalahi, T. (1982). Ornamen Tradisional, Sebuah Pengantar. Medan: FKSS IKIP.
Sirait, B. (1984). Design Ornament Tradisonal Daerah Sumatera Utara. Medan: Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Utara.
Sternberg, R. J. (1999). The Concept of Creativity: Prospects and Paradigsm. (T. I. R. J. Sternberg, Ed.) New York: Cambridge University Press.
Sulaiman, L. S. (2004, Juni 21). www.bantulbiz.com. Retrieved Januari 3, 2009, from Pemerintah Kabupaten Bantu: http://bantulbiz.com/id/berita_baca/idb-46.html
Sungkowo, B. (2007). Peran ragam hias tradisional melayu Riau pada Desain produk kerajinan kayu Di Pekanbaru. Bandung: FSRD ITB.
Unimed. (2009). Terobosan Unimed.
Widiyanti, A. (2008). Detik.financedotcom. Dipetik Maret 11, 2008, dari Detikdotcom: http://www.detikfinance.com/
Zaenudin, L. (2007). Bisnisdotcom. Retrieved 2007



  


2 komentar:

ieCharani mengatakan...

assalamualaikum..

wahh ktemu nih blog nya,

pas skali nnih pak, sy sdg mencari artikel gambar motif melayu :) ada gak ya pak..mhn dibantu pak.mksh

Dwi Budi mengatakan...

Wa alaikumussalam ...
OK, Chairani bisa menjumpai Pak Misgiya, atau pak Sri Wiratma di kampus untuk mendapatkan buku dengan mengganti biaya copynya.

Terima kasih atas kunjungannya
Wassalam

Posting Komentar